SEJARAH (ASAL MUASAL) BERDIRINYA KERAJAN SIAK SRI INDRAPURA
Dalam sejarahnya, kerajaan Siak di Riau terbentuk diawali karena
terjadinya perpecahan di Kemaharajaan Melayu antara Sultan Abdul Jalil
Rahmat Syah (Raja Kecil) dengan Sultan Suleiman. Sultan Abdul Jalil
Rahmat Syah mengalami kekalahan dalam konflik tersebut, karena Sultan
Suleiman dibantu oleh Bugis. Akibat dari kekalahan itu, Sultan Abdul
Jalil Rahmat Syah kemudian menyingkir ke Johor, kemudian Bintan dan
terus ke Bengkalis, hingga akhirnya sampai di pedalaman Sungai Siak,
tepatnya di daerah Buantan. Letak Buantan lebih kurang 10 km di hilir
kota Siak Sri Indrapura sekarang ini.
Karena merasa aman dan tentram di Buantan, ia kemudian memutuskan
untuk menetap, dan oleh rakyat setempat, Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah
kemudian diangkat sebagai Sultan Siak dengan gelar yang sama ketika ia
masih menjadi raja di Kemaharajaan Melayu. Ada perbedaan pendapat
mengenai tahun pendirian kerajaan Siak ini, sebagian mengatakan pada
tahun 1723, tapi ada juga yang mengatakan 1725.
Selanjutnya, Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah melakukan konsolidasi
ekonomi dan militer untuk kembali merebut Kemaharajaan Melayu. Namun,
setelah berkali-kali melakukan serangan terhadap pengikut Raja Sulaiman,
ia tetap mengalami kegagalan. Ia mangkat pada tahun 1744, dan
digantikan oleh putranya, Sultan Mohamad Abdul Jalil Jalaludin Syah.
Anaknya ini kemudian memindahkan ibukota ke Mempura.
Sejak Sultan Siak pertama, Siak sudah membuka hubungan dagang dengan
beberapa negeri luar, seperti Turki, Arab dan Mesir. Disamping itu,
Siak juga menjaga hubungan baik dengan negeri tetangga, seperti
Minangkabau. Sepanjang berdirinya, Kerajaan Siak tak pernah henti
berjuang melawan penjajah Belanda. Di antara peperangan yang paling
terkenal adalah Perang Guntung, di mana Kerajaan Siak berhasil
menghancurkan kekuatan perang Belanda. Walaupun pada akhirnya Belanda
berhasil menguasai Siak,
tapi itu bukanlah hasil kekuatan senjata, tapi hasil dari pecah belah dan tipu muslihat.
Selama berdirinya, Kerajaan Siak telah berkali-kali berpindah
ibukota, yang pertama di Buantan, Mempura, Senapelan, kemudian pindah
lagi ke Mempura, dan terakhir di Kota Tinggi, yang lebih dikenal dengan
nama Siak Sri Indrapura.
Kerajaan Siak berdiri selama lebih dari dua abad, dari tahun 1723
hingga tahun 1946. Akhir kerajaan ini seiring dengan ikrar sultan
terakhirnya, Sultan Syarif Qasim II untuk bergabung dengan negara
kesatuan Republik Indonesia, ketika Indonesia merdeka dari jajahan
Belanda. Sejak itulah, kerajaan Siak menjadi bagian yang tak
terpisahkan lagi dari Republik Indonesia.
Wilayah Kerajaan Siak meliputi kawasan Siak sekarang ini, Pekanbaru,
Rokan, Kubu, Tanah Putih, Bangka, Kulo, Kota Pinang, Pagarawan, Batu
Bara, Bedagai, Kualuh, Panai, Bilah, Asahan, Serdang, Langkat, Temiang
dan Deli. Sementara daerah Tapung yang terdiri dari dua persekutuan,
yaitu Tapung Kiri dan Tapung Kanan, melakukan perjanjian damai dengan
Kerajaan Siak.
Siak juga pernah beberapa kali melakukan ekspansi wilayah hingga ke
Kedah dan Pahang, namun gagal merebut negeri-negeri itu. Siak juga
pernah menyerang kerajaan Sambas di Kalimantan Barat dan berhasil
menguasai negeri itu untuk beberapa lama.
Urutan raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Siak:
1. Sultan Abdul Jalil Rakhmad Syah Almarhum Buantan (1723 – 1744)
2. Sultan Mohamad Abdul Jalil Jalaladdin Syah (1744-1760)
3. Sultan Ismail Abdul Jalil Jalaluddin Syah (1760 – 1761)
4. Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (1761-1766)
5. Sultan Mohamad Ali Abdul Jalil Mu?azam Syah (1766 – 1779)
6. Sultan Ismail Abdul Jalil Rakhmat Syah (1779 – 1781)
7. Sultan Yahya Abdul Jalil Muzafar Syah (1782 – 1784)
8. Sultan Assyaidis Syarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin (1784 – 1811)
9. Sultan Assyaidis Syarif Ibrahim Abdul Jalil Kholiluddin (1811-1827)
10. Sultan Assyaidis Syarif Ismail Abdul Jalil Syaifuddin (1827 – 1864)
11. Sultan Assyaidis Syarif Kasim I Abdul Jalil Syaifuddin (1864 – 1889)
12. Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin (1889 – 1908)
13. Sultan Assyaidis Syarif Kasim II Abdul Jalil Syaifuddin (1908 – 1946).
2. Sultan Mohamad Abdul Jalil Jalaladdin Syah (1744-1760)
3. Sultan Ismail Abdul Jalil Jalaluddin Syah (1760 – 1761)
4. Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (1761-1766)
5. Sultan Mohamad Ali Abdul Jalil Mu?azam Syah (1766 – 1779)
6. Sultan Ismail Abdul Jalil Rakhmat Syah (1779 – 1781)
7. Sultan Yahya Abdul Jalil Muzafar Syah (1782 – 1784)
8. Sultan Assyaidis Syarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin (1784 – 1811)
9. Sultan Assyaidis Syarif Ibrahim Abdul Jalil Kholiluddin (1811-1827)
10. Sultan Assyaidis Syarif Ismail Abdul Jalil Syaifuddin (1827 – 1864)
11. Sultan Assyaidis Syarif Kasim I Abdul Jalil Syaifuddin (1864 – 1889)
12. Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin (1889 – 1908)
13. Sultan Assyaidis Syarif Kasim II Abdul Jalil Syaifuddin (1908 – 1946).
Sumber: Melayuonline
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar