asal muasal dan sejarah "kolam hijau" di siak
Banyak peninggalan sejarah yang bisa kita jumpai di Kabupaten Siak,
Provinsi Riau. Diantaranya adalah Istana Kerajaan Siak, Makam Sultan
Siak, Mesjid dan lain sebagainya. Semua ini bisa kita jumpai di Kota
Siak yang juga disebut Kota Istana.
Jika kita terus menelusuri jalan lintas Siak-Bengkalis, tepatnya di Desa Buantan Kecamatan Siak, Kabupaten Siak, kita bisa melihat salah satu situs bersejarah dari masa kerajaan Siak, yaitu Kolam Hijau yang letaknya di pinggir Sungai Siak.
Kolam Hijau ini dulunya merupakan tempat pemandian Keris yang digunakan pada masa kerajaan Siak. Selain itu, kabarnya Kolam Hijau ini juga menjadi tempat pemandian Raja Kecik yang merupakan salah satu pendiri Kerajaan Siak.
Dinamakan Kolam Hijau, karena air yang menggenangi kolam tersebut berwarna Hijau. Hingga saat ini jika diperhatikan, airnya masih berwarna hijau, meski tidak sepekat pada masa kerajaan dulunya.
Oleh Pemerintah Kabupaten Siak saat ini, Kolam tersebut dirawat dan dijadikan salah satu tempat wisata bagi para pengunjung yang ingin menyaksikan langsung situs sejarah milik Kerajaan Siak di masa lampau.
Namun ternyata banyak cerita mistis dan mitos yang terpendam didalamnya. Zaman dahulu hingga sekarang kolam ini sering dijadikan tempat ritual penarikan benda pusaka dan tempat pesugihan. Juga, kolam ini konon katanya banyak "ditunggui" beragam makhluk gaib. Satu nama jin yang paling tenar yang menjaganya adalah bernama Panglima Hitam.
Menurut tokoh masyarakat setempat, banyak orang dari luar Siak yang datang ke Kolam itu untuk melakukan ritual-ritual magis. Ada yang berhasil namun banyak yang tak sanggup menghadapi para "penunggunya".
Ada misteri apa dikolam hijau tersebut? Kru Dua Dunia yang tayang di Trans 7 dua kali sepekan setiap Selasa dan Rabu pukul 24.00 WIB mencoba menggali kisah-kisah misteri dan mitos yang belum banyak diketahui orang.
Kali ini Dua Dunia menghadirkan Paranormal bernama Ki Riki "Kilananging Jagad" yang asli anak Melayu Bengkalis
, PEKANBARU - Pemerintah Kabupaten Siak, Riau, mengaku terus mengelola obyek wisata religi Raja Kecik dan Kolam Hijau yang berada di Desa Buantan Besar, Kecamatan Siak.
"Bila akhir pekan banyak wisatawan dari Malaysia dan beberapa kota di Sumatera Utara mengunjungi makam Raja Kecik," kata Bupati Siak Syamsuar di Pekanbaru, Kamis (20/2/2014).
Dia mengatakan, pemerintah daerah menjadikan obyek wisata itu sebagai salah satu tujuan wisata maka akan dibangun sarana maupun prasarana penunjang.
Raja Kecik merupakan salah satu keturunan Raja Kesultanan Siak Sri Indrapura, dalam perjalanan sejarah dia juga salah satu ulama yang mengembangkan Islam di tanah Melayu Riau.
Sedangkan Kolam Hijau adalah tempat sakral pada masa Kerajaan Siak Sri Indrapura, dan dijadikan sebagai tempat mencuci berbagai benda bersejarah milik kerajaan, diantaranya tombak pedagang dan keris.
Namun belakangan ini Kolam Hijau dijadikan sebagai tempat pacaran oleh remaja setempat sehingga membuat anggota DPRD Siak geram.
Demikian pula pada musim kemarau panjang, air kolam itu tidak pernah kering meski kawasan sekitar kering kerontang.
Syamsuar mengatakan warga sekitar mengharapkan jalan menuju makam Raja Kecik untuk segera diperbaiki dan diperlebar agar wisatawan dengan mudah sampai hingga ke lokasi.
Dia mengatakan keinginan warga lainnya adalah supaya dibangun sarana maupun prasarana penunjang obyek wisata seperti areal parkir kendaraan dan tempat istirahat yang memadai.
Bahkan dalam suatu kegiatan safari Jumat Pemkab Siak, pihaknya menyempatkan diri untuk mengunjungi makam Sultan tersebut
.
Pemerintah Kabupaten Siak juga memiliki obyek wisata Istana Sultan Siak Sri Indrapura yang didalamnya terdapat kursi raja terbuat dari emas murni.
Untuk memajukan kegiatan wisata di wilayah ini pihaknya mengelar Tur De Siak 2013 yang diiikuti pembalap sepeda dari sembilan negara termasuk tuan rumah.
Acara balap sepeda itu pada hakekatnya merupakan pengenalan obyek wisata termasuk aneka kuliner di Siak kepada turis lokal dan mancanegara
Jika kita terus menelusuri jalan lintas Siak-Bengkalis, tepatnya di Desa Buantan Kecamatan Siak, Kabupaten Siak, kita bisa melihat salah satu situs bersejarah dari masa kerajaan Siak, yaitu Kolam Hijau yang letaknya di pinggir Sungai Siak.
Kolam Hijau ini dulunya merupakan tempat pemandian Keris yang digunakan pada masa kerajaan Siak. Selain itu, kabarnya Kolam Hijau ini juga menjadi tempat pemandian Raja Kecik yang merupakan salah satu pendiri Kerajaan Siak.
Dinamakan Kolam Hijau, karena air yang menggenangi kolam tersebut berwarna Hijau. Hingga saat ini jika diperhatikan, airnya masih berwarna hijau, meski tidak sepekat pada masa kerajaan dulunya.
Oleh Pemerintah Kabupaten Siak saat ini, Kolam tersebut dirawat dan dijadikan salah satu tempat wisata bagi para pengunjung yang ingin menyaksikan langsung situs sejarah milik Kerajaan Siak di masa lampau.
Namun ternyata banyak cerita mistis dan mitos yang terpendam didalamnya. Zaman dahulu hingga sekarang kolam ini sering dijadikan tempat ritual penarikan benda pusaka dan tempat pesugihan. Juga, kolam ini konon katanya banyak "ditunggui" beragam makhluk gaib. Satu nama jin yang paling tenar yang menjaganya adalah bernama Panglima Hitam.
Menurut tokoh masyarakat setempat, banyak orang dari luar Siak yang datang ke Kolam itu untuk melakukan ritual-ritual magis. Ada yang berhasil namun banyak yang tak sanggup menghadapi para "penunggunya".
Ada misteri apa dikolam hijau tersebut? Kru Dua Dunia yang tayang di Trans 7 dua kali sepekan setiap Selasa dan Rabu pukul 24.00 WIB mencoba menggali kisah-kisah misteri dan mitos yang belum banyak diketahui orang.
Kali ini Dua Dunia menghadirkan Paranormal bernama Ki Riki "Kilananging Jagad" yang asli anak Melayu Bengkalis
, PEKANBARU - Pemerintah Kabupaten Siak, Riau, mengaku terus mengelola obyek wisata religi Raja Kecik dan Kolam Hijau yang berada di Desa Buantan Besar, Kecamatan Siak.
"Bila akhir pekan banyak wisatawan dari Malaysia dan beberapa kota di Sumatera Utara mengunjungi makam Raja Kecik," kata Bupati Siak Syamsuar di Pekanbaru, Kamis (20/2/2014).
Dia mengatakan, pemerintah daerah menjadikan obyek wisata itu sebagai salah satu tujuan wisata maka akan dibangun sarana maupun prasarana penunjang.
Raja Kecik merupakan salah satu keturunan Raja Kesultanan Siak Sri Indrapura, dalam perjalanan sejarah dia juga salah satu ulama yang mengembangkan Islam di tanah Melayu Riau.
Sedangkan Kolam Hijau adalah tempat sakral pada masa Kerajaan Siak Sri Indrapura, dan dijadikan sebagai tempat mencuci berbagai benda bersejarah milik kerajaan, diantaranya tombak pedagang dan keris.
Namun belakangan ini Kolam Hijau dijadikan sebagai tempat pacaran oleh remaja setempat sehingga membuat anggota DPRD Siak geram.
Demikian pula pada musim kemarau panjang, air kolam itu tidak pernah kering meski kawasan sekitar kering kerontang.
Syamsuar mengatakan warga sekitar mengharapkan jalan menuju makam Raja Kecik untuk segera diperbaiki dan diperlebar agar wisatawan dengan mudah sampai hingga ke lokasi.
Dia mengatakan keinginan warga lainnya adalah supaya dibangun sarana maupun prasarana penunjang obyek wisata seperti areal parkir kendaraan dan tempat istirahat yang memadai.
Bahkan dalam suatu kegiatan safari Jumat Pemkab Siak, pihaknya menyempatkan diri untuk mengunjungi makam Sultan tersebut
.
Pemerintah Kabupaten Siak juga memiliki obyek wisata Istana Sultan Siak Sri Indrapura yang didalamnya terdapat kursi raja terbuat dari emas murni.
Untuk memajukan kegiatan wisata di wilayah ini pihaknya mengelar Tur De Siak 2013 yang diiikuti pembalap sepeda dari sembilan negara termasuk tuan rumah.
Acara balap sepeda itu pada hakekatnya merupakan pengenalan obyek wisata termasuk aneka kuliner di Siak kepada turis lokal dan mancanegara
wisata malam siak " taman air mancur tengku mahratu "
Taman air mancur tengku mahratu |
Taman air mancur tengku mahratu |
Taman air mancur ini berdiri di kawasan Taman Tengku Mahratu, persis di
tepian bandar Sungai janta kabupaten Siak. Tepatnya di Jalan Sultan Ismail, tak jauh dari
Istana Siak.
Taman air mancur ini memiliki kolam yang cukup
besar. Ukurannya lebih kurang 30 x 5 meter. Belasan pipa tempat pancuran
air berdiri memenuhi kolam.
Bila malam, air mancur ini sangat
indah. Tata cahayanya begitu menarik dengan lampu warna-warni. Air
terlihat seakan menari dengan mengikuti irama lagu Zapin Berjoget maupun
Mozart yang diputar.
Taman Air Mancur yang
mulai dibuka tahun lalu, seakan menjadi ikon baru kota Siak Sri
Indrapura. Kehadirannya menjadi daya tarik tersendiri bagi warga Siak.
Tapi,
taman air mancur ini tak bisa dinikmati tiap malam. Air mancur cuma
dinyalakan dua kali dalam sepekan, yakni malam minggu dan malam senin.
Taman air mancur ini biasanya mulai dinyalakan pada jam 8 malam dengan
durasi tiga puluh menit. Biasa ny juga hari Minggu yang paling ramai.
Objek Wisata dan Sejarah di Siak BALAI KERAPATAN TINGGI
BALAI KERAPATAN TINGGI |
Balai
Kerapaatan Tinggi yang ada di Kabupaten Siak berada di pinggir sungai
Siak yang berhadapan dengan muara sungai. Bangunan Balai Kerapatan
Tinggi ini dibangun dengan arsitek khas yang memiliki dua arah pintu
masuk, yaitu dari sungai dan dari datar (jalan raya).
Bangunan ini berbentuk panggung yang memiliki dua lantai.
Bangunannya berbentuk persegi empat berukutan 30,8 x 30,2 m. Arsitektur
bangunan dikenal dengan sebutan "sangkar burung sirindit". Ruang utama
ada di lantai atas, terdapat tiga ruangan di sana yaitu untuk ruang
sidang, ruang panitera, dan ruang tunggu bagi yang akan melakukan
persidangan. Di dalam ruang utama terdapat singgasana kerajaan warna
keemasan dihiasi motif sulur dan naga. Di lantai bawah terdapat tiga
buah ruangan sebagi kantor dan ruang Tuan Kadi Kerajaan.
Balai Kerapatan Tinggi dipergunakan untuk sidang perkara dan juga
tempat pertabalan sultan atau penobatan Raja Siak, dan tempat musyawarah
pembesar kerajaan. Balai Kerapatan Tinggi ini memiliki tiga tangga
untuk naik ke lantai 2 tempat sidang dilaksanakan. Tangga utama
menghadap ke sungai dan 2 tangga lainnya menghadap ke timur.
Tangga gedung terbuat dari besi berbentuk spiral dan yang satunya
lagi terbuat dari kayu yang terletak di sebelah barat gedung. Pada saat
dilakukannya persidangan, maka ketika hasil persidangan perkara telah
diputuskan dan hukuman telah dijatuhkan maka tangga ini menjadi jalan
bagi kedua belah pihak yang mana bagi yang kalah akan turun ke lantai
dasar dengan menggunakan tangga kayu dan langsung menuju djil (penjara)
yang tidak jauh dari sana, sedangkan yang menang atau yang tidak
bersalah turun ke lantai dasar melewati tangga besi dan langsung ke
jalan raya.
Balai Kerapatan Tinggi ini dibangun pada tahun 1886 masa pemerintahan
Sultan Syarif Kasim. Sultan ke XI Kerajaan Siak. Balai ini dibangun
secara gotong royong oleh masyarakat yang ada di wilayah Datuk Empat
Suku, yaitu Datuk Suku Tanah Datar, Datuk Suku Pesisir, Datuk Suku Lima
Puluh, dan Datuk Suku Kampar. Adapun luas bangunanya 1205.00 m2 dan luas
lahan yang ada ialah 4477.00 m2. (hyAzn)
FOTO BALAI KERAPATAN TINGGI PADA MASA LALU
Balai Kerapatan Tinggi pada masa lalu. |
LANTAI DUA BALAI KERAPATAN TINGGI TEMPAT SULTAN SIAK BERSIDANG
Lantai Dua Balai Kerapata Tinggi Tempat Sultan Siak Bersidang |
" Mengenal Alat Musik Tradisional Riau "
Musik adalah suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama,
lagu, dan keharmonisan terutama suara yang dihasilkan dari alat-alat
yang dapat menghasilkan bunyi-bunyian. Dengan mendengar musik perasaan
bisa menjadi tenang dan damai.
Sejak zaman dahulu musik sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia,
tidak terkecuali di tanah Melayu Riau. Tanah Melayu adalah salah satu
daerah yang memiliki alat-alat musik yang unik.
Alat musik melayu dapat digolongkan menjadi 4 jenis, yaitu:
1. Aerofons adalah alat musik tiup.
2. Cordofons adalah instrumen musik yang dimainkan dengan cara dipetik.
3. Idiofons adalah instrumen musik yang dimainkan dengan cara dipukul.
4. Membranofons adalah instrument musik yang menghasilkan suara bila dipukul
Pada budaya Melayu, alat musik digunakan untuk mengiringi tarian atau
lagu-lagu tradisional Melayu. Berikut beberapa alat musik tradisional
Melayu Riau:
1. Rebana Ubi
Rebana ubi sering digunakan saat upacara pernikahan, selain itu Rebana
ubi juga digunakan sebagai alat komunikasi sederhana pada zaman itu
karena bunyinya yang cukup keras. Jumlah pukulan pada rebana ubi
memiliki makna tersendiri yang telah dipahami oleh masyarakt saat itu.
2. Kompang
Kompang merupakan alat musik Melayu yang paling populer karena kompang
banyak digunakan dalam berbagai acara-acara sosial seperti pawai hari
kemerdekaan. Selain itu alat musik ini juga digunakan untuk mengiringi
lagu gambus. Kompang memiliki kemiripan dengan rebana tetapi tanpa
cakram logam gemerincing di sekelilingnya.
3. Sape
Menurut Peneliti Kebudayaan pada Balai Pelestarian Nilai Budaya, Seni
dan Film Pontianak, Moch Andri WP, sape merupakan salah satu alat jenis
musik tradisional masyarakat Dayak di Pulau Kalimantan, terutama Dayak
Kayaan dan Kenyah yang sering disebut-sebut sebagai kelompok masyarakat
pemilik awal dari Sape ini. Alat musik petik ini memiliki 3 atau 4
dawai/senar. Nada yang dihasilkan dari Sape' ini sangat merdu.
4. Gambus
Gambus adalah alat musik petik seperti mandolin yang berasal dari Riau.
Paling sedikit gambus dipasangi 3 senar sampai paling banyak 12 senar.
Gambus dimainkan sambil diiringi gendang. Sebuah orkes memakai alat
music utama berupa gambus dinamakan orkes gambus atau disebut gambus
saja. Orkes gambus mengiringi tari Zapin yang seluruhnya dibawakan pria
untuk tari pergaulan. Lagu yang dibawakan berirama Timur Tengah.
Sedangkan tema liriknya adalah keagamaan.
5. Kordeon
Kordeon adalah alat musik yang berasal dari Riau. Alat musik ini bisa
dimainkan dengan cara dipompa. Alat music ini termasuk sulit untuk
dimainkan. Tidak banyak yang dapat memainkannya.
6. Gendang
Gendang adalah instrumen Riau yang salah satu fungsi utamanya mengatur
irama. Instrument ini dibunyikan dengan tangan, tanpa alat bantu. Jenis
gendang yang kecil disebut ketipung, yang menengah disebut gendang
ciblon/kebar. Pasangan ketipung ada satu lagi bernama gendang gedhe
biasa disebut gendang kalih. Kendang kalih dimainkan pada lagu atau
gendhing yang berkarakter halus seperti ketawang, gendhing kethuk kalih,
dan ladrang irama dadi. Bisa juga dimainkan cepat pada pembukaan lagu
jenis lancaran, ladrang irama tanggung.
7. Gong
Gong merupakan sebuah alat musik pukul yang terkenal di Asia Tenggara
dan Asia Timur. Saat ini tidak banyak lagi perajin gong. Gong yang telah
ditempa belum dapat ditentukan nadanya. Nada
gong baru terbentuk setelah dibilas dan dibersihkan. Apabila nadanya
masih belum sesuai, gong dikerok sehingga lapisan perunggunya menjadi
lebih tipis. Di Korea Selatan disebut juga Kkwaenggwari. Tetapi
kkwaenggwari yang terbuat dari logam berwarna kuningan ini dimainkan
dengan cara ditopang oleh kelima jari dan dimainkan dengan cara dipukul
sebuah stik pendek. Cara memegang kkwaenggwari menggunakan lima jari ini
ternyata memiliki kegunaan khusus, karena
satu jari (telunjuk) bisa digunakan untuk meredam getaran gong dan mengurangi volume suara denting yang dihasilkanAsal Muasal " SEJARAH " Tari Zapin - Siak Sri Indarpura
tari zapin siak |
1. Pengertian Tari Zapin
Tarian Zapin
merupakan salah satu dari pada berbagai jenis tarian Melayu yang masih ada
hingga sekarang. Tarian Zapin berasal dari perkataan Arab yaitu “Zaffan” yang
artinya penari dan “Al-Zapin” yang artinya gerak kaki. Tarian ini diilhamkan
oleh peranakan Arab dan diketahui berasal dari Yaman. Mengikuti sejarah Tarian
Zapin, pada mulanya tarian ini adalah sebagai tarian hiburan di istana. Setelah
dibawa dari Yaman oleh para pedagang Arab pada awal abad ke-16, Tarian Zapin
ini kemudiannya merebak ke negeri-negeri sekitar Johor seperti di Riau,
Singapura, Sarawak dan Brunei Darusalam. Tarian Zapin diperkenalkan di
Pekanbaru oleh seorang songkok yang berasal dari Sumatra yang bernama Adam
sekitar tahun 1930-an. Namun tarian ini sangat popular di Pekanbaru pada tahun
1950-an dan 1960-an terutama di kampung Tanjung Gemuk dan kampung Lamir.
2. Sejarah Tari Zapin
tari zapin siak |
Zapin masuk ke
nusantara sejalan dengan berkembangnya agama Islam sejak abad ke 13 Masehi.
Para pedagang dari Arab dan Gujarat yang datang bersama para ulama dan
senimannya, menelusuri pesisir nusantara. Diantara mereka ada yang tinggal
menetap ditempat yang diminati, dan ada pula yang kembali dinegeri mereka
setelah perdagangan mereka usai. Bagi yang menetap kemudian mernikahi penduduk
setempat dan berketurunan hingga kini.
Zapin, salah satu dari kesenian yang dibawah para pendatang tersebut kemudian berkembang dikalangan masyarakat pemeluk agama Islam. Sekarang kita dapat menemukan Zapin hampir diseluruh pesisir Nusantara, seperti : pesisir timur Sumatra Utara, Riau dan Kepulauannya, Jambi, Sumatra Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Jakarta, pesisir utara – timur dan selatan Jawa, Nagara, Mataram, Sumbawa, Maumere, Seluruh Pesisr Kalimantan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Ternate, dan Ambon. Sedangkan dinegara tetangga terdapat di Brunei Darussalam, Malaysia, dan Singapura.
Zapin, salah satu dari kesenian yang dibawah para pendatang tersebut kemudian berkembang dikalangan masyarakat pemeluk agama Islam. Sekarang kita dapat menemukan Zapin hampir diseluruh pesisir Nusantara, seperti : pesisir timur Sumatra Utara, Riau dan Kepulauannya, Jambi, Sumatra Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Jakarta, pesisir utara – timur dan selatan Jawa, Nagara, Mataram, Sumbawa, Maumere, Seluruh Pesisr Kalimantan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Ternate, dan Ambon. Sedangkan dinegara tetangga terdapat di Brunei Darussalam, Malaysia, dan Singapura.
Di Nusantara, zapin
dikenal dalam 2 jenis, yaitu zapin Arab yang mengalami perubahan secara lamban,
dan masih dipertahankan oleh masyarakat turunan Arab. Jenis kedua adalah zapin
Melayu yang ditumbuhkan oleh para ahli lokal, dan disesuaikan dengan lingkungan
masyarakatnya. Kalau zapin Arab hanya dikenal satu gaya saja, maka zapin Melayu
sangat beragam dalam gayanya. Begitu pula sebutan untuk tari tersebut
tergantung dari bahasa atau dialeg lokal dimana dia tumbuh dan berkembang.
Sebutan zapin umumnya dijumpai di Sumatera Utara dan Riau, sedangkan di Jambi,
Sumatera Selatan dan Bengkulu menyebutnya dana. Julukan Bedana terdapat di
Lampung, sedangkan di Jawa umumnya menyebut zafin. Masyarakat Kalimantan
cenderung member nama jepin, di Sulawesi disebut jippeng, dan di Maluku lebih
akrab mengenal dengan nama jepen. Semenatara di Nusatenggara dikenal dengan
julukan dana-dani.
Zapin dapat ditemui
pada helat perkawinan, khitanan, syukuran, pesta desa, sampai peringatan hari
besar Islam. Umumnya penari zapin hanya lelaki. Diiringi musik ensemble yang
terdiri dari pemain marwas, gendang, suling, biola, akordion, dumbuk, harmonium,
dan vocal. Pola tarinya sangat sederhana dan dilakukan secara berulang-ulang.
Gerak tarinya mendapat inspirasi dari kegiatan manusia dan alam lingkungan.
Misalnya : titi batang, anak ayam patah, siku keluang, sut patin, pusing
tengah, alif, dan lainnya. Pertunujukan zapin biasanya ada atraksi dari para
penari-penari mahir untuk menunjukkan kepiawaiannya dalam berinprovisasi dengan
music iringan. Beratus tahun zapin hidup dalam kelompok-kelompok kecil
masyarakat dan berfungsi sebagai hiburan dan sekaligus penyampaian
nasehat-nasehat untuk masyarakat melauli pantun dan syair lagunya. Kalaupun
terjadi perubahan masih dalam denyut evolusi yang mengalir secara alamiah.
Permasalahan pelestarian tradisi, adat istiadat, mengaitkan dengan keagamaan,
beberapa faktor yang menyebabkan kurang tumbuh dan berkembangnya jenis tari
ini.
3. Alat
Musik Pengiring Tarian Zapin
alat musik pengiring tari zapin |
Alat
musik utama yang digunakan untuk mengiringi Tarian Zapin adalah gambus, rebana,
gendang dan marwas tetapi, untuk Zapin Arab hanya menggunakan alat musik berupa
Marwas dan Gambus. Petikan gambus untuk membawakan lagu sedangkan rentak
gendang / rebana menentukan retak dan pecahan tari. Lagu-lagu pengiring tarian
Zapin pertama kali diciptakan oleh Tengku Mansor dan dinyanyikan oleh istrinya
Cik Norlia yang berasal dari Singapura. Beberapa lagu yang diciptakannya
adalah: Ya Salam, Yale-Yale, Tanjung Serindit, Sri Pekan, Lancang Kuning,
Gambus Palembang, dan Lancang Daik. Contoh lagu-lagu pengiring tarian
Zapin lainnya adalah: Nasib Lancang Kuning, Pulut Hitam, Bismillah, Sanaah,
Saying Sarawak, Lancing Balai, Anak Ayam Patah, Zapin Asli, Gendang Rebana,
dll.
alat musik pegiring tari zapin |
4. Sinopsis Karya Tari Zapin
Nah Berikut ini 7
Sinopsis Karya Tari Zapin :
1. ZAPINEO LANGIT
Tari ini ungkapan hati
ketika memandang langit malam penuh bintang, Betapa kecilnya diri ini, Ketika
terbang Kelangit Biru betapa kecilnya pesawatku, ketika kupandang Bumi dar
Bulan betapa kecilnya tempat tinggalku ini , Tampa tiang, tampa penyanggah,
berapa dan betapa luasnya langit di ciptakannya.
2. ZAPIN BIDUK
Kehidupan Masyarakat diatas air
seperti rakit, Perahu, biduk, kapal dan lainnya menjadi inspirasi dalam buah
karya tarim gerak yang tidak seimbang karena pijakan yang lebih diolah
menjadi tarian dalam gerak tak seimbang. Gerak ini telah member dinamika yang
kuat dan memerlukan kepiawaian dalam melakukannya.
3. ZAPIN BISIK
Karena bisik semua
orang tahu. Semakin bisik diapun berwujud fitnah yang menyebabkan orang lainpu
diam, tertawa, bahagia, menagis, kecewa ragu, bingung bahkan tak tahhu diri dalam
garapannya memberika pandangan bagi hati yang tak terkendakli.
4. ZAPINEO TONGGA.
Tongga diambil dari
bahasa MInagkabau, yang artinya tunggal.maka zapin ini dibawakan oleh seorang
penari yang diiringi dengan petikan Gambus masing-masingmereka akan saling
member arti dan isi melalui pandangan bunyi suasana hati akhirnya sangat
menentukan lahirnya gerak maupun bunyi.
5. ZAPIN DUO
Dua penari dalam gerka
yang sama bagai kembar yang tak terpisahkan.keinginan untuk memisahkan
diri telah dikat oleh naluri yang satu untuk selalu bersama.
6. ZAPINEO TERBUS.
Memakai terbus
yang besar dan panjang bagai orang yang sedang berusaha untuk
mempertahankan hal yang keliru dan salah. Dia harus mencari dan berusaha untuk
mempertahankan agar terbus tak jatuh ditanah. Dia bagai orang besar kepala dan
penuh Kesombongan.
7. ZAPI GASING
Zapin ini berisiskan
gerakan putar dari lemah hingga kuat. Putaran bkan hanya berisikankekuatan
fisik dan daya tahan. Tetapi memerlukan ketangguhan hati dan pengendalaian
emosi manusia. Dalam tarian penari dituntut untuk hadir dalam
keseimbangan hati dan pikiran, serta kejernihan dan kebeningan jiwa. Gasing
bagaikan putaran kehidupan sewaktu-waktu oleng dan berhenti.
Langganan:
Postingan
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar